Header Ads

Tanamkan Jiwa Anti-Bullying Pada Anak Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling

 


gambar ilustrasi stop bullying. sumber: rri.co.id

 

Kalian pasti setuju, kan? Kalau pendidikan disebut sebagai pondasi utama yang berguna untuk membentuk kemajuan suatu bangsa. Nah, untuk mewujudkan pondasi yang baik dibutuhkan juga berbagai upaya atau faktor-faktor pendukung. Salah satu upaya yang dapat dilakukan kita sebagai calon pendidik nantinya adalah menciptakan kondisi kelas yang kondusif bagi peserta didik, baik kondusif fisik maupun non fisik.

Maksud dari kondusif fisik adalah kondisi bangunan yang biasanya berupa fasilitas dan lingkungan yang mendukung pendidikan. Kalau kondusif non fisik adalah suasana yang diciptakan di dalam kelas. Sangat penting bagi seorang pendidik untuk mampu menciptakan suasana kelas yang damai atau yang biasa disebut dengan peaceful :D . 

Namun, anak-anak seusia sekolah dasar biasanya cenderung belum mengenali siapa dirinya dan bahkan kerap menganggap orang disekitarnya sebagai seseorang yang berbeda dengannya. Baik berbeda dari penampilan fisik, background keluarga, background ekonomi hingga background lingkungan sosial. Hal tersebut dapat berakibat pada sikap anak yang kurang memiliki empati karena ia merasa lebih tinggi dalam status sosial dibanding temannya yang lain. Keadaan ini dapat menjadi salah satu penyebab anak melakukan tindakan perundungan atau bullying yang tentunya akan mengganggu kenyamanan yang telah guru ciptakan di dalam kelas.

Bullying sendiri adalah tindakan yang sangat mengganggu, mengusik bahkan dapat menyakiti orang lain secara fisik maupun psikis. Selain itu, bullying juga merupakan perilaku agresif yang biasanya dilakukan secara berulang, disengaja, dan ditujukan untuk menyakiti, merendahkan, atau mengontrol orang lain secara fisik, emosional, atau mental. Walaupun bullying termasuk kasus yang terbilang udah “pasaran” dan “basi” untuk di bahas, namun kenyataannya hal tersebut tetap menjadi fenomena yang masih marak dan harus mendapat perhatian khusus agar kasusnya tidak semakin merajalela.

Bentuk- bentuk bullying terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu bullying fisik, bullying verbal dan bullying mental. Beberapa bentuk bullying yang pernah penulis temui di sekolah dasar biasanya adalah bullying fisik seperti memukul, menendang, mendorong, hingga mempiting leher dan bullying verbal seperti mengejek, berkata kasar, menyoraki serta memberi julukan. Berbeda dengan bullying fisik dan verbal, bullying mental biasanya terjadi secara diam- diam diluar pantauan kita, contohnya adalah memandang sinis dan penuh ancaman, mengucilkan, memelototi hingga meneror. Maka dari itu, kita sebagai calon pendidik harus tahu dan peka terhadap anak yang menjadi korban bullying. Berikut adalah ciri- ciri atau tanda- tanda yang menunjukkan bahwa anak mengalami korban bullying;

1.     Cenderung bersikap murung dan tidak mau berbaur (mengurung diri)

2.     Cenderung bersikap malu dan tertutup

3.     Sering membolos karena merasa malas sekolah dan enggan bertemu dengan teman-temannya

4.     Mengalami gangguan kecemasan

5.     Bisa jadi mengalami luka fisik berupa memar atau baju sobek tanpa mengungkapkan sebabnya

Selain harus peka terhadap korban, seorang pendidik juga harus mengetahui siapa yang menjadi pelaku bullying di sekolah. Berikut adalah ciri- ciri dari anak yang menjadi pelaku bullying;

1.     Memiliki sikap egois dan tidak peduli dengan perasaan orang lain

2.     Memiliki sifat kurang empati terhadap orang lain

3.     Memiliki gerak gerik yang sengaja dilakukan secara kasar (sengaja menabrak, berkata kasar, melecehkan, dan sebagainya)

4.     Memiliki sifat selalu ingin berkuasa dan mendominasi

5.     Cenderung bersifat agresif

Ketika seorang pendidik sudah memahami berbagai ciri atau tanda anak yang menjadi pelaku bullying, maka harus cepat- cepat melakukan kegiatan antisipasi atau penanganan agar tindakan bullying tidak semakin merugikan tumbuh kembang anak yang menjadi korban. Sebab, tidak sedikit prestasi anak menjadi menurun akibat menjadi korban bullying.

Pendidik dapat menangani bullying dengan memberi nasihat, mengajarkan empati, berbicara dengan kepala sekolah, dan menghubungi orang tua siswa yang terlibat bullying apabila masalah sulit diatasi. Tentunya, dalam melakukan penanganan tersebut sekolah harus memiliki suatu wadah khusus demi mewujudkan anak didik yang berkarakter dan berbudi luhur. Salah satu hal yang dapat dilakukan sekolah dalam memfasilitasi anak didiknya adalah dengan mengadakan layanan bimbingan dan konseling.

Layanan bimbingan dan konseling menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir tindakan bullying di sekolah karena sesuai dengan fungsinya yaitu;

1.     Pemahaman, membantu peserta didik agar bisa memahami diri sendiri dan mengetahui potensinya,

2.     Penyaluran, membantu peserta didik dalam memilih jurusan/jenis sekolah yang sesuai dengan bakatnya,

3.     Preventif, mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi dan mencegahnya agar tidak dialami peserta didik

Ada beberapa bidang layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier. Dengan membantu dan mendukung tercapainya tugas perkembangan anak yang sesuai dengan fase perkembangannya, bimbingan dan konseling tentunya akan memaksimalkan kemampuan dan perkembangan peserta didik yang didasarkan pada karakteristik, kebutuhan, serta masalah masalah perkembangan yang dialaminya. Dengan begitu, anak akan dapat memahami fase perkembangan dirinya dan dapat bersosialisasi dengan berbagai norma, nilai, dan aturan. Sehingga anak memiliki empati yang tinggi terhadap orang lain yang membuatnya mengabaikan hal- hal buruk seperti melakukan tindakan bullying.

Tapi untuk mengantisipasi perundungan atau bullying, bukan berarti hal tersebut hanya tugas seorang pendidik. Melainkan, hal tersebut adalah tugas kita semua. Jadi kita tetap harus peka terhadap adik atau saudara kita yang masih berusia dini supaya tidak menjadi korban atau pelaku bullying. Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah dengan selalu mengawasi dan mendampingi ketika mereka sedang bermain gadget, karena anak cenderung mudah meniru apa yang mereka lihat terutama di sosial media. Yuk menjadi pendidik untuk lingkungan di sekitar kita! :D 


(Zahra Alfirdausy Munir PGSD 2020)

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh merrymoonmary. Diberdayakan oleh Blogger.